Sesungguhnya Aku Percaya Akan Melihat Kebaikan Tuhan Di Negeri Orang Orang Yang Hidup
RSS

500 Juta Dollar hanya untuk sekali makan !

dikutip dari berbagai sumber ( Inflasi tertinggi di Zimbabwe) :

Ini bukanlah harga makanan termahal di dunia, bukan juga biaya makan siang Donald Trump ataupun Bill Gates tapi ini biaya makan yang harus dikeluarkan oleh rakyat Zimbabwe yang merupakan penduduk termiskin di dunia.






Ya, uang pecahan 500 juta dollar Zimbabwe yang baru saja dicetak pada Mei 2008 ini hanya bernilai sekitar 2 dollar amerika atau hanya cukup untuk sekali makan saja.







Zimbabwe saat ini pemegang rekor inflasi terbesar di dunia yaitu 2,200,000 % (2,2 juta persen!), parahnya lagi harga-harga melambung begitu cepat hanya dalam hitungan menit bahkan detik tak heran jika karyawan toko-toko di zimbabwe begitu sibuk mengganti label harga jika terjadi perubahan harga.

Pada tanggal 20 Juli 2008 ini bank Zimbabwe juga menerbitkan pecahan uang sebesar 100 Milyar Dollar! yang merupakan rekor pecahan uang dengan nominal terbesar di dunia.

Zimbabwe memang memegang banyak rekor dunia, tapi sayang semua rekor itu tidak ada yang membanggakan.






Snack dan Permen yang dijual dengan harga rata2 15 Milyar Z$




Di bulan Maret 2008, sekantong kecil kopi produk lokal berharga 1 trilyun Z$ yang mana, satu dekade yang lalu dengan jumlah yang sama kita bisa mendapatkan 60 mobil baru. Dari sumber lain dikatakan bahwa, sekarang ini, 1 US$ berharga sama dengan 20 trilyun Z$ di bank central setempat, sementara di pasar gelap pecahan yang sama berharga 90 trilyun Z$. Dengan uang segitu, kita mendapatkan 1 kantong gula, berukuran 4 lbs (1.8 kg). Sekarang ini, sebuah roti (a single loaf of bread) bernilai hampir 100 milyar Z$. Tenaga kerja non-terampil bisa mendapat 200 trilyun Z$ per bulan (ato sekitar 10 US$ menurut kurs resmi pemerintah). Dikatakan juga, tingkat pengangguran mencapai 80 % !!! Hal ini sebenarnya tidak mengherankan karena banyak pabrik telah tutup akibat krisis ekonomi tersebut. Menurut Confederation of Zimbabwe Industries, beberapa masih bertahan dengan efisiensi 30% dari kapasitas normalnya.
Merepotkan?

Iya…coba perhatikan komentar dari salah satu warga negara Zimbabwe yang dikutip dari BBC.



“Nowadays, for my expenses a day, I need about Z$500 billion,” one resident said.
“So Z$100 billion can’t do anything because for me to go home I need Z$250 billion, so this is worthless.”
dikatakan, “On Thursday, I bought a chicken burger for my lunch which cost me 30m Zimbabwean dollars [less than $1 on the black market].
Then I tried to buy the same on Friday. But it was going for $95m. The price had more than tripled in less than 24 hours. “

Kita di indonesia juga mengalami inflasi , sering kita bersungut2 , tapi coba kita lihat seperti yg dialami masyarakat dizimbabwe yg lebih parah keadaannya. Dalam hidup ini selalu ada alasan untuk mengucap syukur buat segala berkat dan kemurahan Allah dalam hidup kita.

So Indo's better ?

0 comments

Arti Kemurahan

Anak lelaki itu duduk membungkuk.

Tatapannya menantang dan tangannya dikepalnya.

"Ayo, berikan pada saya."

Sang kepala sekolah melihat ke bawah, ke arah si pemberontak muda ini.

"Sudah sesering apa kamu berada di sini?"

Anak lelaki itu mendengus menantang.

"Kelihatannya belum cukup sering."

Kepala Sekolah melihat anak itu dengan tatapan aneh.

"Dan tiap kali kamu ke sini, kamu selalu dihukum. Benar, bukan?"

"Ya, saya sudah dihukum berkali-kali, jika itu yang Bapak maksud."

Dia membusungkan dadanya yang kecil.

"Ayo. Saya bisa menghadapi hukuman apapun yang Bapak berikan. Saya selalu mampu."

“Dan tidak pernah sekalipun pikiran mengenai hukuman yang akan menantimu terlintas di kepalamu tiap kali kamu ingin melanggar peraturan lagi, benar tidak?"

"Ya. Saya selalu melakukan apa yang ingin saya lakukan. Tidak ada satupun yang bisa kalian lakukan untuk menyetop saya."

Kepala Sekolah menoleh kepada guru anak itu yang berdiri di sampingnya.

"Apa yang dia lakukan kali ini?"

"Berkelahi. Dia menarik si Tommy kecil dan memasukkan kepalanya ke kotak pasir."
Kepala Sekolah menoleh kembali ke arah si anak.

"Mengapa kamu lakukan itu? Apa yang diperbuat si kecil Tommy kepadamu sampai kau lakukan ha itu?"

“Dia tidak berbuat apa-apa. Saya hanya tidak suka melihat cara dia memandang saya, sama seperti saya tidak suka cara Bapak melihat saya! Dan jika saya pikir saya dapat melakukannya, saya akan memasukkan kepala anda ke sesuatu juga."

Si guru menjadi tegang dan mulai bangkit berdiri saat Kepala Sekolah menatapnya sejenak, melarangnya untuk bertindak.

Kepala Sekolah berpikir sejenak sambil melihat anak itu.

Lalu beliau berkata pelan, "Hari ini, anak muda, kamu harus belajar mengenai kemurahan."

"Kemurahan? Bukankah itu yang kalian orang tua lakukan sebelum makan? (Berdoa, atau 'saying grace', red). Saya tidak butuh kemurahan apapun."

"Oh, kamu butuh."

Kepala Sekolah mempelajari wajah anak kecil itu dan berbisik.
"Oh ya, kamu benar-benar butuh kemurahan.."

Si anak terus saja memandang marah saat Kepala Sekolah melanjutkan, "Definisi singkat 'Kemurahan' adalah ‘Kebaikan yang tidak sepantasnya diberikan’. Kamu tidak pantas untuk mendapatkannya, hal itu adalah hadiah dan selalu diberikan dengan cuma-cuma. 'Kemurahan' berarti kamu tidak akan mendapat apa yang sepantasnya kamu terima."

Anak kecil itu menampakkan kesan bingung.

"Bapak tidak akan memukul saya? Bapak akan membiarkan saya pergi dari sini begitu saja?"

Kepala Sekolah memandang anak yang pantang menyerah itu.

"Ya, saya akan mengijinkan kamu pulang begitu saja."

Si anak menyelidiki wajah Kepala Sekolah, "Tidak ada hukuman sama sekali? Meskipun saya sudah menyakiti si Tommy dan memasukkan kepalanya ke kotak pasir?"

"Oh, hukuman pasti ada. Apa yang kamu lakukan itu salah dan perbuatan kita selalu ada
konsekuensinya. Hukumannya ada. 'Kemurahan' bukan alasan untuk melakukan hal yang salah."

"Tuh kan ," dengus si anak saat dia menyerahkan tangannya untuk dipukul.

"Ayo, lakukan saja sekarang."

Kepala Sekolah mengangguk kepada Guru.

"Tolong bawa ke sini ikat pinggangnya."

Si Guru memberikan ikat pinggang kepada Kepala Sekolah, yang kemudian melipatnya dengan hati-hati, dan menyerahkannya kembali ke si Guru. Dia memandang si anak saat berkata, "Hitung pukulan-pukulannya."

Dia keluar dari belakang mejanya dan berjalan lurus ke arah si anak.

Dengan lembut ditekuknya tangan si anak yang terjulur ke depan untuk menunggu pukulan-pukulan tersebut. Lalu dia berbalik ke arah si Guru dengan menjulurkan tangannya
sendiri. Satu kata keluar dari mulutnya dengan pelan.

"Mulai."

Ikat pinggang itu melecut tangan Kepala Sekolah yang terjulur. Krek! Anak kecil itu meloncat 2 meter ke udara. Wajahnya diliputi kekejutan.

"Satu," bisiknya. Krek!

"Dua."

Suaranya naik satu oktaf. Krek!

"Tiga."

Dia tidak dapat mempercayai hal ini. Krek!

"Empat."

Air mata mulai menggenangi mata si pemberontak cilik.
"OK, stop! Sudah cukup!" Krek!

Ikat pinggang melecut tangan yang saat itu sudah mati rasa. Krek!

Si anak meringis tiap kali lecutan menghantam, air mata kini mengaliri wajahnya. Krek! Krek! "Tolong berhenti," ratap si bekas pemberontak, "Stop! Saya yang lakukan kenakalan itu, saya yang harusnya dilecut. Stop! Tolong hentikan."

Tetap saja lecutan demi lecutan datang, Krek! Krek!, yang satu menyusul yang sebelumnya.
Akhirnya berakhir juga semuanya.

Kepala Sekolah berdiri dengan kening yang berkilauan oleh keringat dan butiran keringat menetes dari wajahnya. Dia berlutut dengan perlahan-lahan. Dia mempelajari wajah si anak sesaat, lalu mengulurkan tangannya yang bengkak untuk mengelus wajah si anak yang tengah menangis. Lalu dia mengucapkan kata ini dengan lembut, "Kemurahan."

Itulah yang Yesus telah perbuat untuk kita. 0 comments

Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota . Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.

Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.

Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.

Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.

'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!

"Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?

"Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton. Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.

Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.

Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".

Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan.

Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak.

Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut. (Bits & Pieces, The Economics Press) 0 comments

The Room

Kisah ini sangat memberkati saya, Agar dalam hidup ini saya mengisi kotak2 Arsip kehidupan kita dengan hal2 yang menyenangkan hati Bapa kita, GBU


Cerita di bawah ini tentang Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah. Pokok bahasannya tentang sorga itu seperti apa. “Aku membuat mereka terperangah,” kata Brian kepada ayahnya, Bruce. “Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti sebuah bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis.” Dan itu juga merupakan tulisannya yang terakhir.

Orangtua Brian telah melupakan esai yang ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway County , Ohio .

Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat dari teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya. Hanya dua bulan sebelumnya, ia telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di suatu ruang arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam kehidupan remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui bahwa anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.

Tulisan itu menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya. “Anda merasa seperti ada di sana ,” kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada tanggal 27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil itu keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang. Ia keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel listrik bawah tanah dan kesetrum.

Keluarga Moore membingkai satu salinan esai yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga mereka. “Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira kita harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya,” kata Nyonya Beth Moore tentang esai itu.

Nyonya Moore dan suaminya ingin membagikan penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. “Aku bahagia karena Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengannya.”

Inilah esai Brian yang berjudul “Ruangan”.

Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali dindingnya penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti yang ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau topik buku menurut abjad.

Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang dari dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang berbeda-beda.

Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang pertama kali menarik perhatianku berjudul “Cewek-cewek yang Aku Suka”. Aku mulai membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya, karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu. Dan tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada dimana.

Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil, dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak, menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga aku melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip ini.

Arsip berjudul “Teman-Teman” ada di sebelah arsip yang bertanda “Teman-teman yang Aku Khianati”. Judul arsip-arsip itu berkisar dari hal-hal biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. “Buku-buku Yang Aku Telah Baca”. “Dusta-dusta yang Aku Katakan”. “Penghiburan yang Aku Berikan”. “Lelucon yang Aku Tertawakan”. Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan kekonyolannya: “Makian Buat Saudara-saudaraku”.

Arsip lain memuat judul yang sama sekali tak membuat aku tertawa: “Hal-hal yang Aku Perbuat dalam Kemarahanku.”, “Gerutuanku terhadap Orangtuaku”. Aku tak pernah berhenti dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di sana ada lebih banyak lagi kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.

Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini yang berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu menegaskan kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri. Setiap kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.

Ketika aku menarik kartu arsip bertanda “Pertunjukan- pertunjukan TV yang Aku Tonton”, aku menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua atau tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa malu, bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu yang telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.

Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda “Pikiran-Pikiran yang Ngeres”, aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini hanya satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa mual mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.

Satu pikiran menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu arsip in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus menghancurkan arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip ini, aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat menghancurkan satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip, hanya mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang mengasihani diri sendiri.

Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu berjudul “Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil”. Kotak arsip ini lebih bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir kosong isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga inci panjangnya. Aku dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari dalam perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan karena perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.

Aku harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku menghapus air mata ini, aku melihat Dia.

Oh, jangan! Jangan Dia! Jangan di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya. Aku tak tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada dukacitaku. Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang paling buruk.

Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia berbalik dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba di mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia berjalan mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.

Kemudian Ia berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung yang satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu arsip. “Jangan!” seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang dapat aku katakan hanyalah “Jangan, jangan!” ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya jangan sampai ada di kartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah, tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah, begitu jelas, dan begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah Yesus! Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira aku tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat, namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku. Ia menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, “Sudah selesai!”

Aku bangkit berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu ruangan itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)


Sharingkan kisah ini buat setiap orang supaya Arsip “Orang-Orang yang Aku Bagikan Injil” milikku akan makin bertambah besar, bagaimana dengan milik anda? 0 comments

Kau sentuh hatiku

Bapa, ini aku..
AnakMu yang hilang telah kembali
Aku ada disini Bapa
Engkau telah memanggil aku
Menyeret aku dari kegelapan
Memungut aku dari sampah dunia ini
Betapa kotornya aku ini
Kutak pernah layak bagiMu
Betapa kumenyadari kebaikanMu
Engkau selalu menyertaiku
Kau telah menyelamatkan aku
Tak sekejabpun mataMu lepas dariku
Kau telah menyentuh hatiku
Kau basuh dengan kasihMu
Menjadikannya baru
Bapa, ini aku..
Aku disini sendiri
Dalam kelamnya duniaku
Dalam sesaknya hidupku
Kesedihan menyelimuti aku
Kesepian menyiksaku
Aku haus KasihMu yang sempurna
Dengan sisa nafasku kupanggil NamaMu
Kau rangkul aku
Kau genggam tanganku
Kau peluk diriku
Kutau hidupku ditanganMu
Kutau rencanaMu ada dalam hidupku
Kutau KasihMu besar padaku
Bapa, Ampuni aku..
Ajarku lebih lagi
Ajarku mengerti Segala tujuan hidupku
Bawaku lebih lagi dekat padaMu
Tunjukan arahku
Agar aku tahu kemana langkahku
Kau yang membentuk aku
Hanya Kau yang tahu
Tujuanku berada didunia ini
Rancangan terbaik ada padaMu
Kemenangan ditanganku
Kau disisiku, siapakah lawanku?
Bapa, ini aku
Yang telah kau rancangkan kehidupannya
Bahkan sebelum semua ini ada
Engkau telah menuliskan hidupku
Rancangan luar biasa kau tuliskan
Dengan kasihMu engkau membentukku
Kasih sayangMu dalam nafasku
RohMu mengalir dalam darahKu
Tak ada alasan aku lari lagi
Bapa, ini aku..
Ampuni segala kesalahanku
Hapus kenangan burukku
Lupakan masa laluku
Baharui hatiku
Bentuk aku menjadi baru
Yang layak dihadapanMu
Berkilau bagai emas murni
Bapa...
Betapa kumengasihiMu...
Hidupku ditanganMu

Special thanks utk Daniel yg udah kirimin syair ini ya, GBU Always.... 0 comments

Asuransi Terbaik Di Dunia

TRAKTAT: ASURANSI
Anda bingung menentukan asuransi mana yang ingin dibeli?
Kami ingin menawarkan sebuah perusahaan asuransi yang pasti
tidak mengecewakan. Berikut fiturnya:


PERUSAHAAN ASURANSI INI MENJAMIN:

Kehidupan
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal. (Yohanes 3:16)

Kesehatan
Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan
segala penyakitmu (Mazmur 103:3)

Pakaian
Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang
percaya!(Lukas 12:28)

Kebutuhan Sehari-hari
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19 )

Kenyamanan
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. (Yohanes 14:1)

Persahabatan
Dan ketahuilah "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20)

Kedamaian
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yohanes 14:27)

Rumah yang abadi
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (Yohanes 14:2)


ALASAN-ALASAN UNTUK IKUT ASURANSI INI:

1. Adalah perusahaan asuransi paling tua di dunia.
2. Satu-satunya perusahaan asuransi yang mengasuransikan berbagai
kehilangan dalam api zaman akhir.
3. Satu-satunya perusahaan asuransi yang mencakup area yang kekekalan.
4. Kebijakannya tidak pernah berubah.
5. Manajemennya tidak pernah berganti.
6. Aset perusahaan terlalu banyak untuk dihitung.
7. Satu-satunya perusahaan asuransi yang membayarkan premi anda.

PREMI
Roma 5:8
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Efesus 2:8
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah

I Korintus 6:20
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu
muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

PROSEDUR APLIKASI
Kisah Para Rasul 5:8
Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus.

Kisah Para Rasul 16:31
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat! .."

Semua premi untuk aplikasi ini telah dibayar oleh YESUS. 0 comments